Manila - Badai tropis yang melanda selatan Filipina memicu tanah longsor dan banjir bandang. Ironisnya, dikabarkan merenggut nyawa lebih dari 100 orang, sementara puluhan orang lain hilang.
Hal itu disampaikan polisi dan pejabat badan penanggulangan bencana setempat, Sabtu (24/12). Sebagian besar korban meninggal pada Jumat malam dan semua di Mindanao, pulau utama di selatan, kata mereka, dengan menambahkan bahwa tiga provinsi dilanda bencana paling parah.
Pejabat badan tersebut mengatakan banyak warga mengabaikan peringatan untuk meninggalkan kawasan pesisir dan tepi sungai. "Banyak yang tersapu ke laut, sementara permukaan air dengan cepat naik akibat pasang tinggi," kata Manuel Luis Ochotorena, pejabat badan penanggulangan bencana.
"Mereka tidak pernah memperhatikan peringatan. Mereka kira ini badai lemah tetapi sebaliknya, menyebabkan hujan turun berkali-kali," ujarnya lagi.
Ratusan kilometer ke arah timur, tentara dan para pekerja kedaruratan mengecek laporan-laporan tentang sebuah desa yang terkubur tanah longsor di kota Tubod di Lanao del Norts.
Biro cuaca mengatakan badai itu bergerak ke arah Laut Sulu dengan kecepatan angin mencapai 80 km per jam dan bergerak ke arah timur dengan kecepatan 20 km per jam. Pada Sabtu siang badai tak lagi berada di laut itu dan Filipina tak akan dilalui badai pada Senin, demikian biro itu.
Saat ini, para Para pekerja kedaruratan, tentara, polisi dan relawan digerakkan untuk mencari mereka yang selamat, membersihkan tumpukan sampah, dan memulihkan aliran listrik dan komunikasi.
Pada pekan lalu, 46 orang meninggal di bagian tengah Filipina ketika topan melanda. Pada 2013, topan Haiyan membunuh hampir 8.000 orang dan menyebabkan 200.000 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.
Hal itu disampaikan polisi dan pejabat badan penanggulangan bencana setempat, Sabtu (24/12). Sebagian besar korban meninggal pada Jumat malam dan semua di Mindanao, pulau utama di selatan, kata mereka, dengan menambahkan bahwa tiga provinsi dilanda bencana paling parah.
Pejabat badan tersebut mengatakan banyak warga mengabaikan peringatan untuk meninggalkan kawasan pesisir dan tepi sungai. "Banyak yang tersapu ke laut, sementara permukaan air dengan cepat naik akibat pasang tinggi," kata Manuel Luis Ochotorena, pejabat badan penanggulangan bencana.
"Mereka tidak pernah memperhatikan peringatan. Mereka kira ini badai lemah tetapi sebaliknya, menyebabkan hujan turun berkali-kali," ujarnya lagi.
Ratusan kilometer ke arah timur, tentara dan para pekerja kedaruratan mengecek laporan-laporan tentang sebuah desa yang terkubur tanah longsor di kota Tubod di Lanao del Norts.
Biro cuaca mengatakan badai itu bergerak ke arah Laut Sulu dengan kecepatan angin mencapai 80 km per jam dan bergerak ke arah timur dengan kecepatan 20 km per jam. Pada Sabtu siang badai tak lagi berada di laut itu dan Filipina tak akan dilalui badai pada Senin, demikian biro itu.
Saat ini, para Para pekerja kedaruratan, tentara, polisi dan relawan digerakkan untuk mencari mereka yang selamat, membersihkan tumpukan sampah, dan memulihkan aliran listrik dan komunikasi.
Pada pekan lalu, 46 orang meninggal di bagian tengah Filipina ketika topan melanda. Pada 2013, topan Haiyan membunuh hampir 8.000 orang dan menyebabkan 200.000 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.
No comments:
Post a Comment