Saturday, February 2, 2013

sejarah nabi muhammad saw


DASAR-DASAR YANG SEDERHANA DALAM KEDUA AGAMA
 
Kemudian kita melihat kedua  agama  ini  mempunyai  konsepsi
tentang hidup dan akhlak yang dapat dikatakan sama. Keduanya
memandang manusia dan awal  mula  penjadiannya  sama:  Allah menciptakan  Adam  dan  Hawa  dan keduanya ditempatkan dalam surga, kemudian diwahyukan jangan mereka mendengarkan godaan setan.  Tetapi mereka makan juga (buah) dari pohon itu, maka merekapun keluar dari  surga.  Setan  yang  tak  mau  tunduk
kepada  Adam,  adalah  musuh mereka - sebagaimana diwahyukan
Allah kepada  Muhammad  -  dan  yang  tidak 
mau  menyucikan
kalimat  Allah, menurut kitab-kitab SUCI kaum Nasrani. Setan
memperdayakan Hawa dan membujuknya.  Lalu  Hawapun  membujuk
Adam  dan  keduanya  sama-sama  makan  dari Pohon Abadi itu.
Karena itu, maka tampaklah  aurat  mereka.  Merekapun  minta
ampun 
kepada  Tuhan  dan  Tuhan mengirimkan mereka ke bumi,
yang  akan  jadi  saling  bermusuhan  di   antara   sebagian
keturunan mereka, dan yang akan diperdayakan setan, sehingga
akan ada golongan yang sesat dan ada pula yang akan  melawan
kehancuran itu.
 
Untuk memperkuat perjuangan manusia melawan godaan dosa itu,
Tuhan telah mengutus Nuh, Ibrahim, Musa, Isa 
dan  nabi-nabi
yang lain, dan kepada setiap rasul itu disertakan pula kitab
(wahyu) menurut bahasa masyarakat lingkungan guna memperkuat
apa  yang  datang  dari  Tuhan dan memberi penerangan kepada
mereka. Sebagaimana juga di pihak  setan  ada  barisan  yang
membela  nafsu  kejahatan,  juga  para 
malaikat  memuja dan
menguduskan kesucian Tuhan. Masing-masing mereka itu  saling
berselisih   menghadapi  hidup  dan  alam  ini  sampai  Hari
Kebangkitan, tatkala setiap jiwa kelak akan memperoleh hasil
sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan takkan ada seorang
teman akrabpun yang sudi menanyakan teman lainnya.
 
PERBEDAAN TAUHID DAN TRINITAS
 
Akan kita lihat dalam Qur'an yang telah menyebutkan Isa 
dan
Mariam  dengan  penghormatan serta penghargaan yang demikian
rupa dari Tuhan sehingga kitapun karenanya turut  bersimpati
pula,  terbawa  oleh  rasa  persaudaraan.  Tetapi  apa  yang
menyebabkan kita lalu bertanya?: Kalau begitu,  kenapa  kaum
Muslimin  dan  Kristen 
selama berabad-abad terus bermusuhan
dan berperang? Jawaban  atas  pertanyaan  ini  ialah,  bahwa
antara   ajaran-ajaran   Islam   dan  Kristen  itu  terdapat
perbedaan asasi yang menjadi suatu  sebab  perdebatan  hebat
semasa  Nabi, sekalipun perdebatan
demikian itu tidak sampai
melampaui batas permusuhan dan kebencian. Kaum Kristen tidak
mengakui  kenabian  Muhammad  seperti  Islam  yang  mengakui
kenabian Isa; Kristen berlandaskan  Trinitas,  sedang  Islam
samasekali  menolak,  selain Tauhid. Kaum Kristen menuhankan
Isa, dan berpegang pada argumentasi ketuhanannya  itu  bahwa
dia   sudah   berbicara   sejak   di   dalam   buaian  serta
memperlihatkan mujizat-mujizat yang tak dapat dilakukan oleh
yang  lain;  suatu hal yang sebenarnya hanya dapat dilakukan
oleh Tuhan.
 
KAUM NASRANI MENGAJAK NABI BERDEBAT
 
Pada masa permulaan  Islam  mereka  mendebat 
kaum  Muslimin
tentang   itu  dengan  menggunakan  Quran,  dengan  berkata:
Bukankah Quran yang diturunkan kepada Muhammad itu  mengakui
pendapat  kami  ketika  berkata:  "Dan tatkala para malaikat
berkata: 'Aduhai Mariam, Tuhan menyampaikan  berita  gembira
kepadamu  dengan  Firman  Tuhan:  namanya  Isa al Masih anak
Mariam,  orang  terpandang  di  dunia  dan  di  akhirat  dan
termasuk  orang yang dekat (kepada Tuhan). Ia akan berbicara
dengan orang semasa ia anak-anak dan sesudah dewasa  dan 
ia
tergolong  orang yang baik-baik.' Kata (Mariam)-nya: 'Tuhan,
dari mana saya akan mendapatkan anak, padahal tak ada  orang
yang  menyentuhku.'  Ia  (Tuhan)  berkata: 'Begitulah, Tuhan
mencipta menurut kehendakNya. Jika ia memutuskan sesuatu, Ia
hanya  berkata: Jadilah, maka iapun jadi. Dan ia mengajarkan
Kitab kepadanya, hikmah kebijaksanaan, Taurat dan Injil. Dan
ia  diutus  menjadi  Rasul bagi Keluarga Israil: 'Aku datang
kepadamu membawa
sebuah Bukti dari Tuhanmu. Kuciptakan  dari
tanah  liat  bentuk serupa burung. Kutiup ia lalu ia menjadi
seekor burung dengan ijin Allah, dan aku dapat  menyembuhkan
orang  buta  dan  berpenyakit kusta serta menghidupkan orang
mati dengan ijin Allah. Akupun dapat memberitahukan kepadamu
apa  yang kamu makan dan apa yang kamu simpan dalam rumahmu.
Itulah  suatu  bukti  bagimu  bila  kamu  orang-orang   yang
beriman." (QS, 3:45-49)
 
Jadi  Qur'an  menegaskan,  bahwa ia menghidupkan orang mati,
menyembuhkan orang buta asal  dari  kelahiran,  menyembuhkan
kusta,  dan  dari  segumpal tanah dijadikannya seekor burung
dan dapat membuat ramalan dan  semua  ini  adalah  merupakan
sifat-sifat  Ilahiah.  Inilah  pandangan  kaum  Nasrani masa
Nabi,  yang   dijadikan   mereka   bahan   argumentasi   dan
mengajaknya  berdebat dengan pendirian, bahwa Isa juga Tuhan
di samping Allah. Dan ada lagi segolongan  mereka  itu  yang
berpendirian menuhankan Mariam karena Allah telah menurunkan
SabdaNya kepadanya. Pendirian  kaum  Nasrani  yang  demikian
pada  masa  itu  menganggap  Mariam  satu  dari  tiga  dalam
Trinitas Bapa, Anak dan Ruh Kudus. Mereka yang  berpendirian
dengan  menuhankan  Isa  dan ibunya itu hanya merupakan satu
sekte  dari   sekian   banyak   sekte-sekte   Nasrani   yang
bermacam-macam dan terpencar-pencar itu.
 
Orang-orang  Nasrani  seluruh  jazirah Arab dengan alirannya
yang bermacam-macam itu mengajak Muhammad  berdebat 
menurut
dasar  mazhab  mereka.  Kata mereka Almasih itu ialah Allah,
dia anak Allah; kata mereka dia adalah satu dari tiga  dalam
Trinitas.  Mereka  yang  berpendapat  pada ketuhanan Isa itu
berpegang  pada  argumentasi  yang   disebutkan   di  
atas.
Argumentasi  yang  mengatakan  bahwa  dia  anak Allah, sebab
bapanya tidak  diketahui  orang,  dan  dia  berbicara  dalam
buaian  semasa  anak-anak,  yang  tak  pernah  terjadi  pada
siapapun dari anak Adam. Argumentasi yang  mengatakan  bahwa
dia satu dari tiga dalam Trinitas, sebab Allah berkata: Kami
perintahkan, Kami jadikan dan  Kami  tentukan.  Kalau  hanya
Satu  tentu  berkata:  Aku  perintahkan, Aku jadikan dan Aku
tentukan. Muhammad mendengarkan semua tanggapan mereka  itu,
dan  mengajaknya  berdiskusi  dengan  cara  yang lebih baik.
Dalam perdebatan itu ia tidak begitu keras seperti  terhadap
kaum  musyrik  dan  penyembah berhala. Bahkan dikemukakannya
argumen itu berdasarkan wahyu dengan  cara  yang  logis  dan
sebagaimana yang diterangkan dalam kitab-kitab mereka. Allah
berfirman: "Sebenarnya  mereka 
telah  melakukan  penghinaan
(terhadap  Tuhan), mereka yang mengatakan, bahwa Allah ialah
Isa al-Masih  anak  Mariam.  Katakan:  Siapakah  yang  dapat
merintangi  jika Ia hendak membinasakan al-Masih anak Mariam
serta ibunya dan setiap orang yang  ada  di  muka  bumi 
ini
semua?  Kerajaan  langit  dan  bumi serta segala yang ada di
antara itu, adalah milik Allah. Ia menciptakan apa yang  ada
di   antara  itu,  dan  Allah  Maha  Kuasa  atas  segalanya.
Orang-orang  Yahudi  dan  Nasrani   berkata:   Kami   adalah
anak-anak  Allah  dan  yang dicintaiNya. Katakan: Mengapa Ia
menyiksamu  karena  dosa-dosamu  itu?   Sebenarnya   kamupun
manusia,  seperti  yang  pernah diciptakanNya. Ia mengampuni
siapa saja yang dikehendakiNya dan Ia menghukum 
siapa  saja
yang  dikehendakiNya.  Kerajaan langit dan bumi serta segala
yang ada di antara itu, adalah milik Allah. Dan kepadaNyalah
kembali sebagai tujuan terakhir." (QS, 5:17-18)
 
"Sebenarnya  mereka  telah  melakukan  penghinaan  (terhadap
Tuhan), mereka yang mengatakan,  bahwa  Allah  itu  al-Masih
anak  Mariam. Bahkan
al-Masih berkata: Hai anak-anak Israil,
sembahlah   Allah,   Tuhanku   dan   Tuhanmu.    Barangsiapa
mempersekutukan Allah, Allah akan mengharamkan surga baginya
dan tempatnya adalah api neraka. Orang-orang  teraniaya  itu
takkan  punya  pembela.  Sebenarnya  mereka  telah melakukan
penghinaan (terhadap Tuhan) mereka 
yang  mengatakan,  bahwa
Allah  adalah  satu  dari tiga dalam Trinitas. Tak ada tuhan
kecuali Tuhan Yang  Satu.  Apabila  tidak  mau  juga  mereka
berhenti   (menghina   Tuhan),   pasti   mereka  yang  telah
merendahkan  (Tuhan),  itu  akan   dijatuhi   siksaan   yang
memedihkan." (QS, 5:72-73)
 
"Dan  ingat  ketika  Allah  berkata:  Hai  Isa  anak Mariam!
Engkaukah yang mengatakan  kepada  orang:  mengangkatku  dan
ibuku sebagai dua tuhan selain Allah? Ia menjawab: Maha Suci
Engkau, tidak akan aku mengatakan yang bukan menjadi  hakku.
Kalaupun    aku    mengatakannya,    tentu    Engkau   sudah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam  hatiku,
tapi aku tidak mengetahui apa yang ada di dalam Dirimu. Maha
Mengetahui Engkau  atas 
segala  yang  gaib.  Tak  ada  yang
kukatakan kepada mereka, selain daripada yang Kauperintahkan
kepadaku;  supaya  mereka  menyembah  Allah,   Tuhanku   dan
Tuhanmu,  dan  akulah  saksi  mereka  selama  aku  berada di
tengah-.engah mereka. Tetapi setelah Kauwafatkan aku, Engkau
Pengawas  mereka  dan  Engkau  pula  yang menyaksikan segala
sesuatu.  Kalau   Engkau   siksa   mereka,   mereka   adalah
hamba-hambaMu,   kalaupun   Engkau   ampuni  mereka,  Engkau
Penguasa Maha Mulia dan Bijaksana." (QS, 5:116-118)
 
Pandangan Nasrani adalah Trinitas dan Isa adalah anak Allah.
Sedangkan  Islam  menolak  semua  itu  dengan  tegas sekali,
menolak bahwa Tuhan mempunyai  anak.  "Katakan:  'Allah  itu
Satu.  Allah  itu  abadi dan mutlak. Tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Dan tiada satu apa pun  yang  menyerupai-Nya."
(QS,  112:1-4)  "Tidak  sepatutnya bagi Allah akan mengambil
anak. Maha Suci Ia." (QS, 19:35) "Hal seperti  terhadap  Isa
bagi Allah sama seperti terhadap Adam; dijadikan-Nya ia dari
tanah lalu dikatakan: jadilah, maka jadilah ia." (QS, 3:59)
 
Pada dasarnya Islam adalah agama  Tauhid,  dalam  pengertian
Tauhid  yang  murni  dan  kuat  sekali, dan dalam pengertian
Tauhid yang sederhana dan jelas sekali.  Setiap  kemungkinan
yang  akan  mengaburkan pengertian dan pikiran Tauhid, Islam
tegas menolaknya dan menganggapnya kufur. "Allah tidak  akan
mengampuni  bila  Dia dipersekutukan. Tetapi selain itu akan
diampuniNya siapa saja yang
dikehendakiNya." (QS, 4:48)
 
Bagaimanapun konsepsi Masehi tentang Trinitas,  yang  memang
mempunyai hubungan sejarah dengan beberapa agama lama, namun
bagi Muhammad itu sama sekali bukan  suatu  kebenaran.  Yang
benar  ialah  Allah  itu Esa, tidak bersekutu, tidak beranak
dan  tidak   diperanakkan,   dan   tak   ada   apapun   yang
menyerupaiNya. Jadi tidak heran kalau antara Muhammad dengan
pihak Nasrani masa itu  terjadi  diskusi  dengan  cara  yang
baik,   dan   wahyupun  memperkuat  Muhammad  seperti  dalam
ayat-ayat itu.
 
MASALAH PENYALIBAN AL-MASIH
 
Masalah lain yang menimbulkan perbedaan pendapat  Islam  dan
Nasrani,  dan  menjadi puncak perdebatan antara dua golongan
itu pada masa  Nabi,  ialah  masalah  penyaliban  Isa  untuk
menebus dosa orang dengan darahnya. Secara tegas Quran telah
membantah bahwa orang-orang  Yahudi  membunuh  dan  menyalib
Isa.  "Dan  perkataan  mereka  bahwa:  kami  telah  membunuh
Almasih Isa anak Mariam - Utusan Allah. Tetapi mereka  tidak
membunuhnya   dan   tidak   menyalibnya,   melainkan  begitu
terbayang pada mereka.  Dan  mereka  yang  masih  berselisih
pendapat  tentang  itu  sebenarnya masih ragu, sebab tak ada
pengetahuan mereka tentang itu, selain berdasarkan prasangka
saja,  dan  merekapun  tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan
Allah telah mengangkatnya kepadaNya.  Maha  Mulia  Kekuasaan
Allah dan Bijaksana." (QS, 4:157-148)
 
Kalaupun  konsepsi  tentang 
penebusan  dosa  anak-cucu Adam
dengan darah Isa memang indah sekali, dan apa  yang  ditulis
orang  tentang  itu  patut  menjadi  bahan studi dari segala
seginya, baik literair, etika atau psikologi, namun  prinsip
yang  telah  ditentukan  Islam, bahwa orang tidak dibenarkan
memikul beban dosa orang lain, dan bahwa setiap  orang  pada
hari kemudian diganjar sesuai dengan perbuatannya - kalau ia
berbuat baik dibalas dengan kebaikan,  kalau  jahat  dibalas
dengan kejahatan - menyebabkan pendekatan logis antara kedua
ajaran ini  tidak  mungkin.  Di  sini  logika  Islam  sangat
konkrit, sehingga tak ada gunanya usaha mencari persesuaian,
melihat garis perbedaan yang begitu 
tajam  antara  konsepsi
penebusan dan konsepsi hukum yang bersifat pribadi. "Seorang
bapa  takkan  dapat  menolong  anaknya,  dan  anakpun  tiada
sedikit juga akan dapat menolong bapanya." (QS, 31:33)
 
Tentang  agama  baru ini, sudah adakah dari kalangan Nasrani
ketika itu yang mau memikirkannya, serta melihat kemungkinan
bertemunya  konsepsi  Tauhid  dengan  ajaran yang dibawa Isa
itu? Ya, memang ada, dan banyak di antara  mereka  itu  yang
lalu beriman kepada ajaran ini.
 
RUMAWI DAN KAUM MUSLIMIN
 
Akan tetapi Kerajaan Rumawi - yang karena kemenangannya kaum
Muslimin  telah  turut  gembira  dan   menganggapnya   suatu
kemenangan 
bagi  agama-agama  Kitab  - penguasa-penguasanya
tidak mau bersusah payah mempelajari agama baru itu.  Mereka
memandang  semua  kemungkinan hanya dari segi politik semata
dan yang dipikirkan hanya nasib kerajaannya bila agama  yang
baru  itu  kelak mendapat kemenangan. Oleh karena itu mereka
malah bersekongkol menentangnya, dengan mengirimkan  pasukan
besar-besaran  -  suatu sumber
mengatakan seratus ribu, yang
lain mengatakan duaratus ribu - yang mengakibatkan timbulnya
perang Tabuk. Pihak Rumawi ternyata mundur berhadapan dengan
pasukan Muslimin - dengan  Muhammad  sebagai  komandannya  -
yang  hendak  menangkis serangan musuh yang tidak diinginkan
itu.
 
Sejak itulah kaum Muslimin dan  kaum  Nasrani  berada  dalam
posisi   permusuhan  
politik,   yang   selama  berabad-abad
berikutnya kemenangan berada di tangan kaum Muslimin. Selama
itu   lingkungan   kekuasaan  mereka  membentang  sampai  ke
Andalusia di sebelah barat, ke India dan Tiongkok di sebelah
timur.  Sebagian besar daerah-daerah ini menerima agama baru
itu dan bahasa Arab sebagai bahasa yang sudah ditentukan.
 
Setelah tiba masanya sejarah harus  beredar,  pihak  Nasrani
pun  mengusir kaum Muslimin dari Andalusia, memerangi mereka
dengan serangkaian Perang Salib. Mereka menyerang agama  dan
Nabi  dengan  cara yang sangat keji, disertai kebohongan dan
fitnah semata-mata. Demikian kejinya  mereka  itu,  sehingga
lupa  mereka  tentang  apa  yang pernah disampaikan Muhammad
'alaihissalam dalam
hadis-hadis  dan  dalam  Qur'an  melalui
wahyu  yang  diturunkan  kepadanya,  bahwa  Islam mengangkat
martabat Isa 'alaihissalarn setinggi  yang  diberikan  Allah
kepadanya.
 
PENULIS-PENULIS KRISTEN DAN MUHAMMAD
 
Ketika menguraikan, pandangan penulis-penulis Kristen sampai
pada pertengahan 
abad  kesembilanbelas,  sehubungan  dengan
adanya  mereka  yang  berprasangka  jahat  terhadap Muhammad
Dictionnaire Larousse menyebutkan demikian: "Dalam pada  itu
Muhammad  masih tetap sebagai tukang sihir yang hanyut dalam
kerusakan akhlak, perampok unta, seorang kardinal yang tidak
berhasil  menduduki  kursi Paus, lalu menciptakan agama baru
untuk membalas dendam kepada  kawan-kawannya.  Cerita-cerita
khayal  dan  cabul  banyak  terjadi  dalam sejarah hidupnya.
Sejarah hidup Bahaume (Muhammad) hampir terdiri  dari  hasil
lektur  semacam  itu. 'Cerita Muhammad' yang disiarkan oleh
Reinaud dan Francisque Michel tahun 1831  melukiskan  kepada
kita pandangan orang-orang yang hidup dalam Abad Pertengahan
itu tentang dia.
Dalam  abad  ketujuhbelas  Bell  memberikan
suatu  tanggapan  tentang  sejarah yang sifatnya merendahkan
arti  Qur'an  dengan  suatu  tinjauan  berdasarkan  sejarah.
Sungguhpun begitu ia masih diliputi oleh ketentuan-ketentuan
yang salah mengenai dirinya. Akan tetapi dia mengakui, bahwa
ketentuan  moral  dan  sosial  yang  dibuatnya tidak berbeda
dengan ketentuan Kristen, kecuali soal  hukum  qishash  (Lex
Talionis?) dan polygyny."
 
Dari  sekian  banyak  Orientalis  yang telah membuat analisa
tentang sejarah hidup Muhammad,  ada  seorang  di  antaranya
yang
agak jujur, yaitu penulis Perancis Emile Dermenghem. Ia
memperingatkan kolega-kolega yang menulis tentang agama  ini
dengan  mengatakan:  "Sesudah  pecah  perang  Islam-Kristen,
dengan sendirinya jurang pertentangan  dan  salah-pengertian
bertambah  lebar,  tambah tajam. Orang harus mengakui, bahwa
orang-orang Baratlah yang memulai timbulnya pertentangan itu
sampai   begitu  
memuncak.   Sejak   zaman  penulis-penulis
Bizantium,  tanpa  mau  bersusah  payah   mengadakan   studi
-kecuali   Jean  Damasceme-  telah  melempari  Islam  dengan
pelbagai  macam 
penghinaan.  Para   penulis   dan   penyair
menyerang  kaum  Muslimin  Andalusia dengan cara yang sangat
rendah. Mereka menuduh, bahwa Muhammad adalah perampok unta,
orang  yang hanyut dalam foya-foya, mereka menuduhnya tukang
sihir, kepala bandit dan perampok, bahkan menuduhnya sebagai
seorang  pendeta  Rumawi  yang marah dan dendam karena tidak
dipilih 
menduduki  kursi  Paus  ...   Dan   yang   sebagian
mengiranya    ia    adalah    tuhan    palsu,    yang   oleh
pengikut-pengikutnya dibawakan sesajen berupa  kurban-kurban
manusia. Bahkan Guibert de Nogent sendiri, orang yang begitu
serius masih menyebutkan, bahwa Muhammad mati
karena  krisis
mabuk  yang  jelas  sekali,  dan  bahwa  tubuhnya  kedapatan
terdampar  di  atas  timbunan  kotoran  binatang  dan  sudah
dimakan  babi.  Oleh 
karena  itu,  lalu  ditafsirkan, bahwa
itulah  sebabnya  minuman  keras  dan  daging  binatang  itu
diharamkan.
 
Di   samping  itu  ada  beberapa  nyanyian  yang 
melukiskan
Muhammad  sebagai  berhala  dari  emas,  dan   mesjid-mesjid
sebagai  kuil-kuil  kuno yang penuh dengan patung-patung dan
gambar-gambar.   Pencipta   "Nyanyian   Antakia"    (Chanson
d'Antioche)  membawa cerita tentang adanya orang yang pernah
melihat berhala "Mahom" terbuat dari emas  dan  perak  murni
dan  dia  duduk  di atas seekor gajah di tempat yang terbuat
dari lukisan mosaik. Sedang "Nyanyian  Roland"  (Chanson  de
Roland)     melukiskan     pahlawan-pahlawan     Charlemagne
menghancurkan berhala-berhala Islam, dan mengira bahwa  kaum
Muslimin 
di  Andalusia  itu menyembah trinitas terdiri dari
Tervagant, Mahom dan Apollo. Dan "Cerita Muhammad" (Le Roman
de  Mahomet)  itu menganggap, bahwa Islam membenarkan wanita
melakukan polyandri.
 
"Cara  berpikir  yang  penuh  dengan  kedengkian  dan  penuh
legenda  itu  tetap  menguasai
kehidupan mereka. Sejak zaman
Rudolph de Ludheim, sampai saat kita sekarang ini, masih ada
saja  orangorang  semacam  Nicolas  de Cuse, Vives, Maracci,
Hottinger, Bibliander, Prideaux dan yang  lain.  Mereka  itu
menggambarkan  Muhammad  sebagai penipu, dan Islam merupakan
sekumpulan kaum bidat. Semua  itu  adalah  perbuatan  setan.
Kaum  Muslimin  adalah orang-orang buas sedang Qur'an adalah
suatu gubahan yang tak berarti. Mereka tidak membicarakannya
secara  sungguh-sungguh,  karena  sudah  dianggap  tidak ada
artinya.  Tetapi,  dalam  pada  itu  Pierre  le   Venerable,
pengarang  pertama  yang telah menulis risalah anti Islam di
Barat dalam abad keduabelas telah menterjemahkan  Qur'an  ke
dalam  bahasa  Latin.  Dalam abad keempatbelas Peirre Pascal
termasuk orang yang mau mendalami studi-studi tentang Islam.
Innocent  III  pernah  melukiskan Muhammad, bahwa dia adalah
musuh  Kristus   (Antichrist).   Sedang   abad   Pertengahan
menganggap  Muhammad seorang heretik (melanggar ajaran agama
Kristen).  Orang-orang  semacam  Raymond  Lulle  dalam  abad
keempatbelas,   Guellaume  Postel  dalam  abad  keenambelas,
Roland dan Gagnier dalam  abad  kedelapanbelas,  Pendeta  de
Broglie  dan  Renan  dalam  abad  kesembilanbelas, mempunyai
tanggapan  yang  beraneka  ragam.   Sebaliknya   orang-orang
semacam  Comte Boulainvilliers, Scholl, Caussin de Perceval,
Dozy,  Sprenger,  Barthelemy 
Saint-Hilaire,  de  Casteries,
Carlyle  dan  yang  lain, pada umumnya mereka memperlihatkan
sikap  jujur   terhadap   Islam   dan   Nabi,   dan   kadang
memperlihatkan  sikap hormat. Sungguhpun begitu, dalam tahun
1876 Droughty bicara  tentang 
Muhammad  dengan  mengatakan:
"Itu Arab munafik yang kotor." Sebelum itu, dalam tahun 1822
juga Foster telah  mencacinya.  Sampai  sekarang  sebenarnya
masih ada musuh-musuh Islam itu yang bersemangat."[5]
 
Catatan kaki:
-------------
[5] Emile Dermenghem, La Vie de  Mahomet,  halaman  135  dan
berikutnya.
 
Kita sudah melihat, bukan, penulis-penulis Barat itu, begitu
rendah menyerangnya? Juga sudah kita
lihat kegigihan  mereka
selama berabad-abad     yang  mau menanamkan rasa permusuhan
dan kebencian di kalangan umat manusia. Padahal di  kalangan
mereka  itu  ada orang-orang yang sudah mengalami zaman yang
biasa disebut zaman ilmu pengetahuan, zaman riset dan  zaman
kebebasan   berpikir  serta  adanya  deklarasi  persaudaraan
antara sesama
manusia.
 
Dengan  adanya  orang-orang  yang  jujur  dalam  batas-batas
tertentu   telah   mengurangi   juga  adanya  pengaruh  yang
menyesatkan seperti yang diisyaratkan oleh  Dermenghem  itu.
Di  antara 
mereka ada yang mengakui kebenaran iman Muhammad
membawakan risalah itu  yang  dipercayakan  Allah  kepadanya
melalui  wahyu  yang harus disampaikan. Ada pula yang sangat
menghargai kebesaran Muhammad dalam arti rohani,  ketinggian
akhlaknya,  harga  dirinya serta jasanya yang tidak sedikit.
Ada yang melukiskan semua itu  dengan  gaya  yang 
kuat  dan
indah  sekali.  Meskipun  demikian,  pihak  Barat masih juga
berprasangka  buruk  terhadap  Islam  dan   terhadap   Nabi,
kemudian  demikian  beraninya  mereka  itu sampai-sarnpai di
daerah-daerah Islam sendiri
kalangan misionaris  melancarkan
penghinaan yang begitu rendah, dan berusaha membelokkan kaum
Muslimin dari ajaran agamanya kepada agama Kristen.
 
 
SEBAB PERMUSUHAN ISLAM-KRISTEN
 
Atas semua itu harus  kita  selidiki  sebab-sebab  timbulnya
permusuhan  sengit  dan  peperangan yang begitu dahsyat yang
telah dimulai oleh pihak Kristen terhadap Islam itu. Menurut
hemat   kita,  kurangnya  pengetahuan  pihak  Barat  tentang
hakekat Islam dan sejarah Nabi  adalah  sebab  pertama  yang
menimbulkan  permusuhan itu. Kurangnya pengetahuan ini sudah
tentu  merupakan  sebab-sebab  timbulnya  sikap   kaku   dan
fanatisma  yang
 paling  berat dan rumit. Seabad demi seabad
kurangnya  pengetahuan  demikian  ini  makin  bertimbun  dan
kemudian    ia    menjelma    menjadi    patung-patung   dan
berhala-berhala dalam jiwa generasi berikutnya,  yang 
untuk
menghilangkannya  tentu  memerlukan suatu kekuatan jiwa yang
besar, seperti pada mula lahirnya kekuatan Islam dulu.
 
KRISTEN TIDAK SESUAI DENGAN WATAK BARAT
 
Akan tetapi kita melihat ada sebab lain  di  luar  kurangnya
pengetahuan  itu  saja  yang  telah  mendorong  pihak  Barat
menjadi fanatik dan  sampai  membangkitkan  peperangan  yang
begtu  fatal,  sebentar-sebentar  dilancarkan terhadap Islam
dan kaum Muslimin. Juga tidak terlintas dalam  pikiran  kita
tentang  apa yang biasa kita rasakan adanya hubungan politik
yang  buruk  dan   ingin   menguasai  
bangsa   lain   untuk
dieksploitir.  Menurut  hemat  kita itu adalah akibat -bukan
sebab- dan adanya fanatisma yang sudah begitu merasuk sampai
ke  soal ilmu dan penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Sebabnya
ialah, menurut hemat kita, oleh karena ajaran  Kristen  yang
mengajak  orang menjauhkan kehidupan duniawi, sifat maaf dan
pengampunan serta pengertian-pengertian  hidup  rohani  yang
luhur, tidak sesuai dengan perangai Barat, yang sejak ribuan
tahun  dalam  lingkungan  agama   polytheisma,   dan   letak
geografisnya  menghendaki  perjuangan  sengit  melawan iklim
dingin, melawan kesulitan  dan  keadaan  yang  serba  sukar.
Apabila  peristiwa-peristiwa sejarah mengharuskan juga Barat
menganut agama Kristen ini, maka tidak bisa  lain  ia  harus
juga  dilibatkan  ke dalam kancah perjuangan itu dan memaksa
agama itu meninggalkan sifatnya yang lemah-lembut dan indah,
meninggalkan  keseimbangan  rohani  yang  seharusnya menjadi
mata rantai kesatuan yang telah  disempurnakan 
oleh  Islam:
yakni  kesatuan  yang  membuat  harmonis  antara  rohani dan
jasmani, antara perasaan dan akal, emosi dan  rasio,  secara
individu dan universal bersama-sama berada dalam hukum alam,
yakni keduanya  sejalan  dalam  ruang  dan  waktu  yang  tak
terbatas.
 
Menurut hemat kita, inilah sumber yang menyebabkan fanatisma
Barat yang memusuhi Islam, suatu sikap yang menyebabkan kaum
Kristen  Abisinia  menjadi  jijik  melihatnya - tatkala kaum
Muslimin  mencari  perlindungan  pada  masa  mula-mula  Nabi
mengajak orang kepada agama Allah.
 
Inilah,  menurut 
pendapat  saya,  sebab timbulnya ekses dan
cara yang berlebih-lebihan di  kalangan  orang-orang  Barat,
baik  dalam  beragama  maupun dalam atheisma, fanatisma yang
berlebih-lebihan serta perjuangan yang tidak mengenal  belas
kasihan  dan  tidak  mengenal  ampun.  Apabila 
dari  mereka
sejarah sudah mengenal adanya orang-orang suci,  yang  dalam
hidup    mereka    mengikuti    jejak   Isa   Al-Masih   dan
pengikut-pengikutnya, juga sejarah sudah mengenal  kehidupan
bangsa-bangsa di Barat yang selalu hidup dalam pertentangan,
dalam perjuangan, peperangan-peperangan yang  dahsyat,  atas
nama  politik  atau  atas  nama  agama, dan dikenalnya pula,
bahwa paus-paus atau pembesar-penmbesar  gereja  dan  mereka
yang  memegang  kekuasaan  temporal, selalu dalam persaingan
mau saling mengalahkan. Suatu saat golongan ini yang menang,
nantinya yang lain lagi yang menang.
 
Oleh  karena  kemenangan terakhir dalam abad
kesembilanbelas
itu berada di tangan kekuasaan temporal6, maka kekuasaan ini
berusaha  hendak  membasmi  kehidupan  rohani atas nama ilmu
pengetahuan. Ia mengira, bahwa dalam kehidupan umat  manusia
ilmu   itu   akan  dapat  menggantikan  iman  seperti  dalam
kehidupan rohani.  Sesudah  melalui  perjuangan  yang  cukup
lama, sekarang mereka mengetahui bahwa pendapat demikian itu
salah sekali, dan bahwa  apa  yang  mereka  tuju  itu  dalam
kenyataannya  tak  mungkin  dapat  dilaksanakan. Sekarang di
Barat terdengar jeritan disana-sini mengajak mereka  kembali
mencari 
pegangan  rohani  yang sudah hilang. Mereka mencari
pegangan itu  d  dalam  maupun  diluar  teosofi.7  Sekiranya
ajaran  Kristen  itu  memang sesuai dengan naluri perjuangan
yang telah dibawa oleh  hukum  alam  sebagai  sebagian 
cara
hidup  Barat,  sesudah ternyata konsepsi materialisma mereka
tidak berhasil memberikan konsumsi rohani, tentu  akan  kita
lihat  mereka  kembali  mencari  pegangan agama Kristen yang
begitu indah, agama Isa anak Mariam  -kalaupun  Tuhan  belum
akan  membimbing mereka kepada Islam- dan tidak perlu mereka
pergi berpindah  ke  India  atau  ke  tempat  lain,  mencari
pegangan  hidup  rohani,  yang oleh manusia sangat dirasakan
perlunya seperti kebutuhan  bernapas;  sebab  ini  merupakan
sebagian  kodratnya,  bahkan  merupakan 
sebagian  dari jiwa
raganya.
 
PENJAJAHAN DAN PROPAGANDA ANTI ISLAM
 
Ternyata  imperialisma  Barat   memberikan   bantuan   dalam
meneruskan serangan yang mereka lancarkan terhadap Islam dan
terhadap Muhammad,  dan  minta  mereka  supaya  berpendirian
seperti   penduduk 
Mekah  yang  menginginkan  supaya  agama
Nasrani menderita kehinaan karena  kekalahan  Heraklius  dan
Rumawi  menghadapi  Persia.  Pernah  mereka mengatakan - dan
masih banyak di antara mereka yang mengatakan - bahwa  Islam
itulah   yang   menyebabkan  
mundurnya  bangsa-bangsa  yang
menganutnya dan menyebabkan mereka tunduk kepada pihak lain.
Ini   adalah   kebohongan   yang  kita  tolak  dengan  cukup
mengingatkan  kepada  mereka  yang  mengatakan  itu,   bahwa
peradaban  umumnya  dan  kekuasaan  dunia yang cukup dikenal
selama berabad-abad itu berada di tangan bangsa-bangsa  yang
yang  terdiri  dari  umat  Islam  itulah. Di sana pusat ilmu
pengetahuan  dan  tempat  sarjana-sarjana,  dari  sana 
pula
datangnya  pelopor kemerdekaan, yang oleh Barat belum selang
lama ini baru dikenalnya. Apabila mungkin mundurnya beberapa
golongan   bangsa   akan   dihubungkan   dengan  agama  yang
dianutnya, maka agama itu  tentu  bukan  Islam,  Islam  yang
telah  membuat  orang-orang  pedalaman  seluruh jazirah Arab
jadi bangkit dan dapat membuat mereka menguasai dunia.
 
Akan tetapi  kemunduran  bangsa-bangsa  yang  telah  menjadi
beban   bagi   Islam   itu   sangat  disayangkan  bila  akan
dihubungkan kepada agama  yang  sebenarnya  tidak  demikian;
bukan  itu  yang dikehendaki oleh Allah dan oleh Rasul. Tapi
mereka menganggap bahwa yang demikian itulah dasar agama dan
barangsiapa yang menentang ia akan dianggap atheis.
 
ISLAM DAN APA YANG TERJADI DENGAN UMAT ISLAM
 
Kita tinggalkan dulu bicara tentang agama ini, dan mari kita
lihat   sejarah   orang   yang   membawanya    -    Muhammad
'alaihissalam.
 
Banyak  buku-buku  sejarah  tentang  kehidupan Nabi itu yang
telah- menambahkan hal-hal yang tak dapat diterima akal  dan
yang  memang  tidak  diperlukan  menambahkan  demikian untuk
menguatkan risalahnya itu. Dan apa yang  ditambah-tambahkan,
itulah  yang dijadikan pegangan oleh kalangan
Orientalis dan
oleh mereka yang mau mendiskreditkan Islam  dan  Nabi,  juga
oleh  mereka  yang mau mengecam umat Islam; dijadikannya itu
tongkat  penunjuk  dalam  kecaman  mereka  yang  akan  cukup
memanaskan hati setiap orang yang berpikir jujur.
 
Hal semacam ini dan apa yang mereka ciptakan sendiri, itulah
yang menjadi pegangan mereka, lalu mereka mengatakan,  bahwa
mereka  menulis  itu  berdasarkan metoda ilmiah yang modern,
metoda yang  mengemukakan  peristiwa-peristiwa,  orang-orang
dan  pahlawan-pahlawan.  Lalu  diberikannya  suatu penilaian
yang  pantas  jika  dianggap  pada  tempatnya   mengeluarkan
penilaian  demikian.  Dan kalau kita baca dengan seksama apa
yang  mereka  tulis  itu  akan  kita  lihat  bahwa  hal  itu
sebenarnya  penuh  dengan  nafsu  permusuhan  dan
caci-maki,
terbungkus  dalam  susunan  kata-kata  yang   tidak   kurang
indahnya,   menarik   hati   mereka   yang   sepaham  dengan
anggapannya, bahwa pembahasannya itu ilmiah, terdorong hanya
akan mencari kebenaran semata-mata, ingin meneropongnya dari
segenap penjuru. Inilah yang dituju oleh penulis-penulis dan
ahli-ahli  sejarah  yang  fanatik  itu.  Hanya  saja, adanya
beberapa orang yang masih dapat berpikir lebih tenang - baik
penulis  atau  sarjana  -menyebabkan  mereka yang berpikiran
bebas itu dapat bersikap lebih  adil  dan  jujur,  sekalipun
dari pihak Kristen sendiri.
 
Dalam  berbagai  macam  bidang  beberapa  ulama  Islam telah
tampil dan berusaha menangkis tuduhan orang-orang Barat yang
fanatik  itu.  Dan  nama  Syaikh  Muhammad  Abduh tentu yang
paling menonjol dalam bidang ini. Tetapi  mereka  ini  tidak
menempuh   metoda   yang  ilmiah  -seperti  didakwakan  oleh
penulis-penulis dan ahli-ahli  sejarah  Eropa,  sebab  hanya
merekalah  yang  memakai  cara  itu.  Maksudnya supaya dalam
menghadapi lawan alasan mereka  lebih  kuat.  Kemudian  lagi
ulama  Islam itu - dan Syaikh Muhammad Abduh yang terutama -
telah dituduh atheis dan kufur. Maka argumentasi mereka  itu
menjadi makin lemah di depan lawan Islam.
 
SIKAP JUMUD DI KALANGAN PEMUDA
 
Tuduhan  mereka  itu sebenarnya memberi pengaruh besar dalam
jiwa  angkatan  muda  Islam  yang  terpelajar.  Terkesan  di
kalangan  pemuda  itu,  bahwa  atheisma  dan  logika sejalan
dengan  ijtihad  (aktif),  sedang  iman  sama  dengan  Jumud
(pasif).  Oleh  karena itu jiwa mereka gelisah. Mereka
pergi
membaca buku-buku Barat;  dengan  itu  mereka  akan  mencari
kebenaran,  dengan  keyakinan bahwa mereka tidak mendapatkan
yang demikian itu  dalam  buku-buku  kaum  Muslimin.  Dengan
sendirinya  buku-buku  agama  dan sejarah Kristen tidak juga
terpikirkan  oleh  mereka;  mereka  sudah  hanyut  ke  dalam
buku-buku  filsafat,  yang  dengan  gayanya  yang ilmiah itu
mereka mencari setitik  air  yang  akan  menghilangkan  rasa
dahaga  akan  kebenaran  yang ada dalam jiwa mereka itu, dan
dengan logika yang dikemukakannya sudah merupakan nyala suci
yang   masih   tersembunyi   dalam  jiwa  umat  manusia  dan
dijadikannya pula alat  komunikasi  yang  akan  mengantarkan
mereka  kepada  alam  serta  kebenaran yang tertinggi. Dalam
buku-buku Barat, baik dalam filsafat, etika atau  humanities
pada  umumnya  banyak  sekali yang akan mereka dapati dengan
sangat menarik hati, baik karena gayanya  yang  indah,  atau
karena  logikanya  yang kuat serta apa yang tampaknya hendak
memperlihatkan adanya kemauan  baik 
dan  niat  yang  ikhlas
hendak  mencapai pengetahuan demi kebenaran. Oleh karena itu
jiwa pemuda-pemuda itu  jadi  jauh  dari  pemikiran  tentang
agama-agama   semua   dan   tentang   risalah   Islam 
serta
pembawanya.
 
Sikap mereka  itu  guna  menghindarkan  diri  jangan  sampai
timbul  konflik antara mereka dengan kebekuan beragama sebab
mereka yakin takkan dapat mengalahkannya, juga karena mereka
tidak   menyadari,  betapa  pentingnya  hubungan  yang  akan
mengangkat martabat manusia ke tingkat yang lebih  sempurna,
sehingga kekuatan moralnyapun akan berlipat-ganda.
 
 
ILMU DAN LITERATUR BARAT
 
Pemuda-pemuda  itu  telah  menghindarkan diri dari pemikiran
tentang agama-agama itu semuanya, juga tentang risalah Islam
dan  pembawanya.  Lebih-lebih lagi mereka menghindarkan diri
itu karena ilmu pengetahuan positif dan filsafat positivisma
yang  mereka  lihat  mengatakan  bahwa masalah-masalah
agama
berada di luar logika dan tidak masuk  ke  dalam  lingkungan
pemikiran  ilmiah,  dan  segala yang berhubungan dengan itu,
dalam bentuk pemikiran metafisika  juga  sama  sekali  tidak
termasuk dalam metoda ilmiah. Kemudian mereka melihat adanya
pemisahan yang begitu jelas  dan  tajam  antara  gereja  dan
negara  di  Barat,  serta  melihat  negara-negara yang sudah
menentukan dalam undang-undang dasarnya, bahwa kepala negara
adalah  pelindung  Protestan  atau  Katolik, atau menentukan
bahwa agama negara yang resmi adalah Kristen, dengan  maksud
supaya  dengan  demikian  hari-hari  besar  yang berhubungan
dengan itu tidak bertambah  banyak.  Bertambah  kuat  mereka
bertahan  dalam pemikiran ilmiah dan segala yang berhubungan
dengan itu, perhatian merekapun akan  bertambah  besar  pula
terhadap masalah-masalah filsafat, ilmu dan budaya.
 
Setelah tiba masanya mereka harus berpindah dari dunia studi
ke tengah-tengah kehidupan praktis,  kehidupan  itu  membuat
mereka     lebih    sibuk    daripada    hanya    memikirkan
masalah-masalah, yang tadinya sudah mereka tinggalkan.  Maka
arah  pemikiran  itu  masih  tetap  dalam arus yang pertama:
melihat kebekuan berpikir itu dengan rasa kasihan dan sinis-
Ia terus menghirup udara pemikiran Barat dan filsafat Barat,
yang dirasakannya begitu
lejat, sehingga bertambah kagum ia,
bertambah  kuat  bertahan  atas  apa yang sudah diperolehnya
itu.
 
Memang tak dapat disangkal, bahwa dewasa  ini  Timur  sangat
perlu  sekali  menghirup  udara  Barat  dalam cara berpikir,
dalam ilmu dan budaya. Dunia Islam di Timur dewasa ini sudah
terputus   dari  Islam  masa  lampau  oleh  adanya  kebekuan
berpikir dan fanatisma selama  berabad-abad.  Cara  berpikir
masa  lampau  yang  sehat  sudah begitu tebal tertimbun oleh
kebodohan dan serba prasangka  terhadap  segala  yang  baru.
Maka  tak  ada  jalan  lain,  bagi yang ingin mengikis semua
timbunan  itu,  ia  harus   bersandar   pada   bentuk-bentuk
pemikiran  dunia  yang  lebih  baru,  supaya dengan
demikian
dapat mencapai masa kini yang  cemerlang  serta  peninggalan
masa lampau yang gemilang.
 
USAHA-USAHA MODERNISASI DUNIA ISLAM
 
Sudah  sepantasnya kalau kita mengatakan kepada Barat, bahwa
penyelidikan-penyelidikan  berharga  yang   dilakukan   oleh
sarjana-sarjana   Barat   dewasa  ini  tentang  sejarah  dan
studi-studi Islam dan Dunia Timur, telah membuka jalan  baru
bagi  pemuda-pemuda Islam sendiri dan pemuda-pemuda di Timur
dalam memperbanyak bahan-bahan  penyelidikan  tentang  studi
itu. Dan harapan akan sampai kepada kebenaranpun lebih besar
pula. Dengan sendirinya mereka  akan  lebih  mudah  memahami
jiwa  Islam  dan  jiwa Timur. Oleh karena orientasi baru itu
sudah dimulai  dari  Barat,  maka  pemuda-pemuda  itu  harus
mengikutinya    terus   sambil   mengadakan   koreksi   atas
kesalahan-kesalahan yang  ada,  lalu  menanamkan 
jiwa  yang
sebenarnya  hidup  dalam  sejarah, diteruskan sampai ke masa
kini. Bukan  hanya  sebagai  studi  dan  penyelidikan  saja,
tetapi  juga  harus dilihat sebagai suatu peninggalan rohani
dan  mental  yang  patut 
diwakili  oleh  para   pewarisnya;
penerangan   harus   ditambah   dan   diperbanyak,  sehingga
kebenaran yang tersembunyi itu akan tampak lebih jelas.
 
Dewasa  ini  banyak  sudah  pemuda-pemuda  yang   mengadakan
penyelidikan-penyelidikan    dengan   metoda   ilmiah   yang
sebenarnya.   Kalangan   Orientalis   sendiripun   mendukung
usaha-usaha  mereka  dan  sangat menghargai jasa-jasa mereka
itu.
 
MISI PENGINJIL DAN GOLONGAN YANG BERPIKIRAN BEKU
 
Sementara kerja-sama ilmiah yang seharusnya akan  memberikan
hasil  yang  baik  ini lahir, tiba-tiba timbul pula kegiatan
pihak gereja Kristen melakukan serangkaian serangan terhadap
Islam  dan terhadap Muhammad demikian rupa, tidak kurang dan
apa  yang  kita  sebutkan  tadi.  Di   samping   itu   pihak
imperialisma  Baratpun  mendukung 
pula kegiatan ini, dengan
segala kemampuan yang ada  padanya,  atas  nama  kemerdekaan
berpikir. Padahal mereka yang melakukan serangan dan kecaman
itu telah  keluar  meninggalkan  negerinya  sendiri,  mereka
terpisah dari apa yang mereka namakan ,peneguhan iman, dalam
jiwa    saudara-saudara    mereka    seagama   
itu.    Juga
penganjur-penganjur  kebekuan  berpikir  (jumud) di kalangan
kaum Muslimin sendiri telah mendapat  dukungan  imperialisma
pula.   Selanjutnya   tangan   imperialisma  ini  juga  yang
memberikan dorongan kepada apa saja yang dapat diselundupkan
ke  dalam Islam - dan yang sebenarnya bukan dari Islam -
dan
ke dalam sejarah  hidup  Rasul,  berupa  dongengan-dongengan
yang  tak  masuk  akal  dan  bertentangan  dengan selera. Ia
memberikan dorongan kepada usaha-usaha orang  yang  mengecam
Islam  dan  mengecam  Muhammad  dengan  apa  saja yang dapat
dimasukkan ke dalam Islam dan ke dalam sejarah Rasul.
 
TERPIKIR MENULIS BUKU INI
 
Tugas pekerjaan saya memberi kesempatan kepada saya  melihat
peristiwa-peristiwa  itu  pada beberapa daerah Islam sebelah
timur, bahkan di seluruh  daerah  Islam,  serta  mempelajari
adanya  maksud  yang  ingin  mengikis  habis kehidupan moral
daerah-daerah  itu   dengan   jalan   membasmi   kemerdekaan
berfikir,  kebebasan  menyelidiki demi kebenaran itu. Terasa
oleh saya bahwa saya memikul suatu kewajiban dalam hal  ini.
Maksud yang menjadi tujuan rencana itu, yang sebenarnya akan
membahayakan seluruh umat manusia - bukan hanya membahayakan
Islam  dan  dunia  Timur  saja  -  harus  dipatahkan. Apatah
kiranya  bencana  yang  lebih  besar  menimpa  umat  manusia
daripada  kekerdilan  dan 
kebekuan berpikir, yang sepanjang
sejarah lebih dari separohnya telah menimpa peradaban.

No comments:

Post a Comment