Saturday, February 2, 2013

ilmu

Sertailah Semangat itu dengan Ilmu




Pengantar
‘Mendidik anak di Negri Kangaroo tidaklah mudah'’, ya begitulah keluhan beberapa teman yang kadang kita dengar. Memang pada faktanya, kalau kita melihat lingkungan yang ada akan kita jumpai betapa jumlah Bar/Club jauhhh lebih buanyak dibandingkan dengan masjid. Hampir disetiap wilayah kita akan menjumpai sekolah private kristen, namun keberadaan madrasah-madrasah Islami diseluruh Aussie ini kita bisa menghitungnya dengan jari.
Disamping itu, anak-anak kita sering kali disuguhi oleh nilai-nilai agama kristen, yang sebagai orang Islam kita tidak boleh mengikutinya. Sebagi contoh, perayaan Easter baru-baru ini, dengan adanya coklat yang berbentuk egg dan rabbit, Easter show dan libur sekolahan selama 2 minggu, semua itu sangat mendukung agar anak-anak kita ikut merayakannya. Belum lagi Perayaan Natal yang hampir setiap lapisan ikut merayakannya. Semua hal itu didukung oleh pemerintah bahkan menggalakkannya, dan masyarakatnyapun sangat mendukung, karena memang mayoritas pendudukanya adalah non-muslim.
Hal-hal diatas bisa saja menjadi penghalang bagi orang tua untuk membentuk anak-anak yang mempunyai kepribadian Islami. Namun banyak sekali orang tua muslim yang tinggal di Australia ini memandang hal ini bukanlah suatu penghalang untuk membentuk anak-anak yang sholeh dan sholehah bahkan mereka mempunyai semangat ‘45’ dan berusaha keras untuk mewujudkannya.
Tidak sedikit orang tua yang merelakan waktunya demi mengawasi anak-anaknya agar senantiasa terkontrol dan berperilaku Islami, dan mereka merelakan investasi yang besar sekali demi anak-anaknya mendapat pendidikan yang sangat layak, bukan hanya pendidikan umum namun juga pendidikan agama, dengan mengirimkan anak-anaknya ke sekolahan Islam, yang biaya pendidikannya sangatlah besar sekali dibandingkan dengan bersekolah di sekolahan umum yang gratis saja.
Para orang tua melakukan semua itu hanya dengan satu harapan, anak-anaknya bisa berhasil dunia dan akherat. Namun kadang kala semangat dan pengorbanan itu tidak dilandasi dengan ilmu yang memadai, sering kali sebagai orang tua kita hanya mempunyai keinginan dan semangat yang menggebu tapi ilmu kita sendiri dalam Islam sangat pas-pasan. Kita inginkan anak-anak kita berperilaku Islami, namun kita sendiri tidak faham seperti apa berperilaku Islami itu. Begitu juga kita ingin mengenalkan al-Qur’an kepada buah hati kita, tapi kita sendiri tidak seberapa tahu apa kandungannya.
Semangat saja tidak cukup dalam mendidikan anak, karena jika sekedar semangat, bisa jadi yang kita ajarkan ternyata hanyalah prasangka-prasangka kita, tidak tahu apakah benar atau tidak. Padahal standar kebenaran bukanlah prasangka. Bisa jadi menurut kita benar tetapi ternyata itu bukan kebenaran.
Dalam bahasan rubrik keluarga kali ini, kami ingin memberikan sedikit penjelasan betapa ilmu itu sangat penting sekali dalam segala hal, terutama sebagai orang tua yang mempunyai tanggung jawab dan amanah dari Allah untuk membentuk anak-anak yang sholeh atau sholehah.
Ilmu Islamlah yang Harus Kita Miliki
Dalam mendidik anak, banyak sekali anjuran-anjuran secara psikologis maupun dari ahli kesehatan atau pakar anak agar menjadikan anak cerdas, kuat dan hebat. Pertama, sebagai seorang muslim yang menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dalam kehidupannya, tentulah tidak cukup menguasai ilmu-ilmu umum saja, itu semua hanyalah pendukung atau pelengkap saja, memahami dan mempelajari al-Qur’an dan as-Sunnahlah seharusnya menjadi hal yang utama. Karena Allah sendiri mengemukanan dengan firmanNya dalam al-Qur’an: “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Qs. asy-Syûra [42]: 52)
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Qs. an-Nahl [17]: 82)
Dari kedua ayat jelaslah bahwasannya di dalam al-Qur’an tidak ada hal yang ditinggalkan, pasti ada penjelasannya. Dan al-Qur’an menjadi cahaya dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Kalaupun kita tidak mendapati suatu penjelasannya dalam al-Qur’an, itu disebabkan karena terbatasnya pengetahuan kita dalam menggali hukum Islam. Seperti halnya haramnya Anjing, hal itu tidak di lafadzkan dalam al-Qur’an, namun ada ayat yang menyatakan haramnya babi. Disinilah dibutuhkan ilmu ushul fiqh, ulumul hadits, ulumul qur’an dan bahasa arab, dst. Sehingga, tidak ada ilmu yang lebih penting kecuali mempelajari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Selain itu, Allah telah mewajibkan menuntut Ilmu Islam ini bagi setiap individu muslim, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim” (HR Imam Ahmad, Ibnu Majah dan dihasankan oleh Imam al-Mizzy).
Kedua, ketika kita mengamalkan maupun mengajarkan sesuatu, kita tidak boleh memperturutkan persangkaan, namun haruslah dengan suatu keyakinan yang pasti dan mendasar. Bagaimana mungkin kita memahamkan anak kita tentang aurot, sedangkan kita sendiri tidak paham bagaimana Allah mengatur hal ini. Ketika standart masyrakat tentang baju yang sopan itu tidaklah harus memakai tudung dan jilbab, yang penting panjangnya masih dibawah lutut, maka apakah kita akan mengikutkan perasaan kita dan apa kata masyarakat itu?
Sudah jelas Allah melarang memperturutkan persangkaan ini dalam FirmanNya: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akherat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai pengetahuan (al-‘ilmu) tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedangkan sesungguhnya persangkaan itu (al-dzan) tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.” (Qs. an-Najm [53]: 27-28).
“…Mereka tidak mempunyai keyakinan, tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (Qs. an-Nisâ’ [4]: 157).
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan (al-‘ilm) tentangnya…”(Qs. al-Isrâ’ [17]: 36).
Jadi tidak patut bagi kita yang mengaku diri ini muslim, masih menggunakan apa kata orang banyak sebagai standart dalam berperilaku. Tidak patut diri ini memperturutkan hawa nafsu saja, karena hanya Allah sajalah yang mampu menentukan itu adalah hal yang bagus dan tidak. Karena belum tentu yang kita anggap baik itu baik dan yang kita anggap buruk itu buruk.
Dengan Ilmu kita akan meraih kebahagiaan dunia dan akherat
Rasullah SAW berkata: “Siapa saja yang menginginkan harta dunia maka raihlan harta itu dengan ilmu, siap saja yang mengingkan akherat, raihlah akherat itu dengan ilmu, siapa saja yang menginginkan kebahagian dunia dan akherat bahagia dan sejahtera raihlan dengan ilmu.”
Dari Mu’adz bin Jabal ra, dia berkata: “Pelajarilah oleh kalian ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah khasyyah; mencarinya adalah ibadah; mempelajarinya dan mengulangnya adalah tasbîh; membahasnya adalah jihad; mengajarkannya kepada yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah; memberikannya kepada keluarganya adalah pendekatan diri kepada Allah; karena ilmu itu menjelaskan perkara yang halal dan yang haram; menara jalan-jalannya ahlul jannah, dan ilmu itu sebagai penenang di saat was-was dan bimbang; yang menemani di saat berada di tempat yang asing; dan yang akan mengajak bicara di saat sendirian; sebagai dalil yang akan menunjuki kita di saat senang dengan bersyukur dan di saat tertimpa musibah dengan sabar; senjata untuk melawan musuh; dan yang akan menghiasainya di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.
Dengan ilmu seorang hamba akan mencapai kedudukan-kedudukan yang terbaik dan derajat-derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat. Memikirkan ilmu menyamai puasa; mempelajarinya menyamai shalat malam; dengan ilmu akan tersambunglah tali shilaturrahmi, dan akan diketahui perkara yang halal sehingga terhindar dari perkara yang haram. Ilmu adalah pemimpinnya amal sedangkan amal itu adalah pengikutnya, ilmu itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berbahagia; sedangkan orang-orang yang celaka akan terhalang darinya.” (Jâmi’ Bayânil 'Ilmi wa Fadhlih, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr, 1/55)
Sungguh, memiliki Ilmu adalah lebih mulia dari seluruh harta yang ada di dunia ini. Dengan ilmu akan memudahkan kita untuk mengimbangi semangat yang menggebu dalam mendidik buah hati kita. Dan dengan ilmu juga selalu akan menjadi cahaya dan petunjuk selalu dalam memberikan terbaik untuk keluarga kita.
Khotimah
Sebagai orang tua, tentunya kita tidak akan mau melihat anak-anak kita berjalan dimuka bumi ini tanpa ada petunjuk dan jelas dan bisa mereka yakini. Kita tidak akan tega melihat anak-anak kita termakan kehidupan materialistik, kehidupan yang hanya mengejar kebahagiaan dunia, kehidupan yang mengajarkan kita bahwa waktu adalah uang. Kita tentunya tidak akan merasa aman sampai kita benar-benar yakin anak-anak kita akan selalu berpegang teguh pada ajaran Islam. Hanya dengan memberikan pemahaman dan tauladan yang benar yang berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah sajalah, InsyaAllah kita akan meraih apa yang kita sangat dambagan untuk kehidupan buah hati kita.
Marilah kita ramaikan majelis-majelis ta’lim yang ada, marilah kita gunakan waktu sebaik-baiknya untuk membaca buku-buku Islami, luangkan waktu untuk mempelajari kandungan al-Qur’an dan jadikanlah masjid yang sangat terbatas disini sebagai pusat pendidikan baik bagi diri kita sendiri dan anak-anak kita. Dan jangan lupa kewajiban kita untuk mengajak teman atau family untuk kembali mempelajari Islam dan mengamalkannya. Ingatkan kembali mereka, bahwasannya tinggal di negri kafir bukan berarti kita berperilaku dan mendidik anak-anak kita mengikuti standar masyarakat disini, namun berusahalah menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman selalu.
 
 
 
 
 
 
 
 
 

No comments:

Post a Comment