Saturday, February 2, 2013

salah satu yang masuk surga

Abu Bakar Ash-Shidiq




(Salah satu dari sepuluh orang yang diberi kabar gembira masuk surga )
Abu Bakar dilahirkan 3 tahun setelah Rasulullah saw. Ibunya adalah Ummul Khair, Salma bin Shakhr at-Taimiyah, anak perempuan paman dari bapaknya. Abu Bakar bekerja dalam bidang perniagaan, dan termasuk orang kaya yang terkenal di Makkah. Beliau memiliki akhlak yang baik, dan terkenal dengan kebaikannya, sehingga didatangi dan disenangi semua orang.
Beliau memeluk Islam tanpa ragu-ragu, sehingga beliau termasuk orang yang pertama kali masuk Islam dari golongan laki-laki merdeka. Abu Bakar menyebarkan agama Allah, dan seruannya itu disambut baik oleh sejumlah orang Quraisy, diantaranya Ustman bin Affan, Zubair bin Awwan, Abdurrahman bin Auf, dan Arqam bin Abi al-Arqam.
Ke-Islamannya.
Abu Bakar ra bertemu dengan Rasulullah saw, lalu ia bertanya. “Wahai Muhammad, apakah benar apa yang dikatakan orang-orang Quraisy bahwa engkau telah meninggalkan tuhan-tuhan kita, dan engkau telah menganggap bodoh akal-akal kita serta mengkafirkan nenek moyang kita? . Rasulullah saw menjawab: “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya aku adalah utusan Allah, dan Nabi-Nya yang diutus untuk menyampaikan risalah-Nya. Karena itu, aku mengajak engkau ke jalan Allah dengan memeluk agama yang haq ini. Demi Allah, sesungguhnya benar-benar aku mengajak engkau kejalan Allah wahai Abu Bakar, Dialah Tuhan yang satu, yang tidak bersekutu. Kita tidak boleh menyembah sesuatu selain-Nya, dan memberikan kesetiaan untuk selalu mentaati-Nya. Dia-lah yang paling berhak untuk ditaati”. Kemudian beliau saw membacakan al-Qur’an kepadanya dan ia tidak mengingkarinya.
Abu Bakar kemudian masuk Islam. Dia mengingkari dan meninggalkan penyembahan pada berhala. Abu Bakar mengakui kebenaran Islam dan tidak kembali pulang kecuali dalam keadaan beriman dan membenarkan dakwah Rasulullah saw. Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah aku mengajak seseorang masuk Islam kecuali ia menjadi pucat mendengarnya, merasa ragu-ragu dan berpikir panjang, kecuali Abu Bakar. Ia tiadak menunda-nunda masuk Islam ketika aku menceritakan Islam kepadanya, dan juga tidak merasa ragu-ragu.
Kedudukan Abu Bakar ra di sisi Rasulullah saw.
Abu Bakar RA termasuk orang yang paling dekat di hati Rasulullah saw dan paling tinggi kedudukannya di sisi beliau, hingga beliau saw berkata :“Orang yang paling banyak mencurahkan waktu untuk menemaniku dan menginfakkan segenap hartanya untukku adalah Abu Bakar. Seandainya aku harus mengambil kekasih selain Allah, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasihku, tetapi persaudaraan dan kecintaan atas dasar Islam tetap abadi”Rasulullah saw telah mengabarkan bahwa Abu Bakar ra merupakan orang yang paling pemurah bagi umat ini, dan Abu Bakar orang yang pertama kali masuk Islam bersama beliau saw. Rasulullah saw juga bersabda :“Adapun engkau wahai Abu Bakar, adalah orang yang pertama kali masuk surga dari kalangan umatku”. Dan ia menjadi teman Rasulullah saw di (telaga) al-khaudh. Rasulullah saw telah berkata kepadanya :“Engkau menjadi temanku di atas khudh, dan temanku di gua.Seperti diketahui, Abu Bakar ra adalah ayahanda Ummul Mukminin Aisyah ra, karerna itu ia sangat bangga atas kedekatan dirinya dan hubungan kekeluargaannya dengan Rasulullah saw. Berkaitan dengan hal itu, Abu Bakar berkata: “Demi Zat yang menggenggam jiwaku, hubungan kerabat dengan Rasulullah lebih aku cintai daripada hubungan asal kerabatku.”
Isra dan Mi’raj
Ketika Rasulullah saw diisrakan dari Makkah ke Baitul Maqdis, Orang-orang pergi menemui Abu Bakar dan bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang sahabatmu itu wahai Abu Bakar? Ia mengaku bahwa dirinya telah mengunjungi Baitul Maqdis tadi malam, dan shalat disana serta kembali ke Makkah pada malam itu juga!” Abu Bakar bertanya kepada mereka : “Apakah kalian mendustakanya?” Mereka menjawab: “Ya, dan dia sedang menceritakan peristiwa itu kepada orang-orang di masjid”.
Abu Bakar lalu berkata: “Demi Allah, jika Muhammad yang mengatakannya maka apa yang dikatakan itu adalah benar, dan apa yang membuat kalian heran dari peristiwa itu? Dan demi Allah, seandainya dia berkata kepadaku bahwa ceritanya tersebut datang kepadanya dari langit ke bumi hanya dalam waktu sesaat pada waktu malam, atau sesesaat pada waktu siang, maka aku akan membenarkannya. Mungkin kalian akan lebih heran lagi dengan hal ini”. Setelah itu Abu Bakar ra berjalan menuju Rasulullah saw. Tiba disana dia berkata: Wahai Nabi Allah, benarkah engkau telah bercerita kepada manusia, bahwa pada malam tadi engkau pergi ke Baitul Maqdis?” Beliau saw menjawab: “Ya”. Abu Bakar berkata : “Wahai Nabi Allah, ceritakanlah kepadaku cirri-ciri Baitul Maqdis, karena aku pernah pergi kesana”. Maka Rasulullah saw berkata : Lalu diangkatlah gambaran Baitul Maqdis ke hadapanku, sehingga aku bisa melihatnya”. Dengan demikian Rasulullah bisa menyebutkan cirri-ciri Baitul maqdis kepada Abu Bakar, dan Abu Bakar berkata: “Sungguh engkau berkata benar. Aku bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah”. Begitulah, hingga beliau selesai menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis. Rasulullah saw berkata kepada Abu Bakar: “Dan engkau wahai Abu Bakar adalah Ash-Shiddiq (orang yang bersegera membenarkan)”. Sejak itulah ia diberi gelar ash-Shiddiq.
Menemani Hijrah Rasulullah.
Al-qur’anul Karim telah mengabadikan hubungan persahabatan yang begitu mulia antara Abu Bakar ra dengan Rasulullah saw selama perjalanan hijrah ke Madinah al-Munawwarah.Allah Swt berfirman: “Sedang dia seorang dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya : “Janganlah kamu berduka cita,sesungguhnya Allah beserta kita.”(TQS at-Taubah [9]:40).Abu Bakar merupakan seseorang yang kaya raya. Ia meminta ijin Rasulullah saw untuk menemani beliau saw dalam perjalanan hijrah, maka Rasulullah saw berkata: “Janganlah engkau terburu-buru, semoga Allah Swt menetapkan seseorang untuk menemani perjalananmu.”
Abu Bakar sangat berharap bahwa teman yang dimaksud Rasulullah saw dalam ucapannya itu adalah ia sendiri. Ia pun segera membeli dua ekor unta tunggangan. Keduanya diurus dengan baik di rumah dan diberinya pakan yang banyak, sebagai persiapan menyongsong tibanya masa hijrah. Pada hari hijrahnya, datanglah Rasulullah saw ke rumah Abu Bakar di siang hari, waktu yang tidak pernah digunakan Rasulullah saw berkunjung ke rumah Abu Bakar. Ketika Abu Bakar melihatnya, ia bergumam:”Rasulullah saw tidak akan datang pada saat seperti ini kecuali ada sesuatu (perkara) yang sangat penting.Ketika Rasulullah masuk, Abu Bakar agak terlambat bangun dari tempat tidurnya, lalu Rasulullah saw duduk.
Abu Bakar membawa Asma dan Aisyah menemui Rasulullah, Rasulullah saw berkata: “Suruh pergilah orang-orang yang bersamamu ini”. Abu Bakar berkata: “Wahai Rasulullah, keduanya tiada lain hanyalah dua orang putriku, sebenarnya ada apa? Ibu dan ayahku menjadi jaminan untukmu!” Rasulullah saw berkata: “Sesungguhnya Allah telah mengijinkan aku untuk meninggalkan negeri ini dan berangkat hijrah ke Madinah”.Abu Bakar berkata: “Aku akan pergi menemanimu berangkat hijrah wahai Rasulullah?” Rasulullah saw menjawab: Ya, engkau menemaniku”. Sayyidah Aisyah berkata: Demi Allah, sebelumnya aku tidak pernah melihat seseorang menangis sedemikian gembira seperti aku melihat Abu Bakar menangis pada hari itu”.
Abu Bakar berkata:”Wahai Nabi Allah, ini ada dua unta tunggangan yang telah lama kusiapkan untuk keperluan hijrah”. Mereka berdua kemudian mengupah Abdullah bin Arqath (Abdullah bin Uraiqith) yang masih musyrik, untuk menjadi pemandu dan penunjuk jalan. Kedua unta itu diserahkan pada Abdullah bin Uraiqith untuk digembalakan hingga saat yang telah ditentukan.
Kebajikan dan Kemuliaan Abu Bakar
Kebajikan dan kemuliaan Abu Bakar tak terbilang karena sedemikian banyaknya, mulai dari kemuliaan yang telah sebutkan di atas, sampai kebajikan dan amal ibadah lainnya, hingga Umar bin Khaththab berkata: “aku tidak bisa melebihi Abu Bakar dalam suatu kebajikan dan ia senantiasa melebihi diriku”. Abu Bakar senantiasa memahami petunjuk-petunjuk Rasulullah saw yang kadang terasa samar dan sukar dipahami orang selainnya, seperti ucapan Beliau saw: ”Bahwasannya ada seorang hamba yang telah diberi pilihan oleh Allah Swt, apakah ia akan memilih dunia ataukah ia memilih sesuatu yang ada disisi-Nya, maka ia memilih ssesuatu yang ada disisi-Nya”.
Abu Bakar bisa memahami ungkapan ini, dimana orang yang dimaksudkan adalah dirinya sendiri. Begitu pula beberapa pendapat dan fatwa Abu Bakar di hadapan Rasulullah saw dan pengakuan beliau saw atas hal itu.Ia adalah Khalifah yang pertama dalam Isalm, Orang yang pertama kali mengumpulkan mushaf al-Qur’an, dan oranya yang pertama kali memimpin haji kaum Muslim dan meluruskan pelaksanaan haji mereka di masa Nabi saw masih hidup dan sesudah Beliau wafat. Sejak masa jahiliyah, Abu Bakar ra telah mengharamkan diri dari meminum khamar, dan sejak menetapi Islam telah menjauhkan diri dari mengucapkan syair.
Selain itu Abu Bakar pun tidak pernah tertinggal mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah saw. Rasulullah saw telah berkata kepadanya: “Engkau adalah hamba yang dimerdekakan Allah dari api neraka.” Ia pun dipanggil dengan nama ‘atiq (hamba yang dimerdekakan).Bilal mendengar kabar, bahwa orang-orang memuliakan dirinya melebihi Abu Bakar, maka ia berkata: “Bagaimana mungkin mereka bisa memuliakan diriku melebihi Abu Bakar, sedang aku tidak lain hanya salah satu wujud kebaikan dari berbagai kebaikan Abu Bakar.
Dari Abu Darda ra ia berkata : Aku sedang duduk di sisi Nabi saw, tiba-tiba Abu Bakar datang sambil memegang ujung gamisnya hingga lututnya Nampak terlihat. Nabi saw bertanya “Adakah sahabat kalian itu pulang bertempur?” Abu Bakar mengucapkan salam dan berkata “Sesungguhnya antara aku dan putera Khaththab telah terjadi sesuatu, lalu aku segera menemuinya dan mengungkapkan penyesalan dihadapannya, aku meminta maaf kepadanya, tapi dia enggan memaafkan, karena itulah aku menghadap kepadamu.” Nabi saw berkata: “Semoga Allah memberikan ampunan untukmu wahai Abu Bakar.” Itu diucapkan sebanyak tiga kali. Umar pun merasa menyesal, ia berangkat ke rumah Abu Bakar dan bertanya : “Apakah ada Abu Bakar disana?” Penghuni rumah menjawab: “Tidak ada”. Lalu ia segera menemui Nabi saw dan mengucapkan salam padanya. Rasulullah saw menatapnya dengan wajah merah padam menahan rasa marah, hingga Abu Bakar merasa kasihan pada Umar.
Ia pun berlutut dan berkata: “Wahai Rasulullah, demi Allah, aku telah berbuat aniaya padanya” Itu diucapkannya dua kali. Nabi saw berkata: “Sesungguhnya Allah telah mengutusku menyeru kalian tapi kalian telah mendustakan, sedang Abu bakar telah membenarkan, ia telah membantuku dengan segenap harta jiwanya. Apakah kalian akan mengabaikan aku kembali dengan menyakiti temanku ini?” Rasulullah saw mengatakan itu dua kali. Sejak itu Abu Bakar tidak pernah disakiti lagi.
Meninggalnya Abu Bakar
Abu Bakar lahir di Makkah pada tahun 51 sebelum hijiriyah dan meninggal di Makkah setelah meninggalnya Rasulullah saw dengan rentang waktu dua tahun tiga bulan, pada tahun 13 hijriyah. Pada hari meninggalnya Abu Bakar kota Makkah riuh dengan tangisan,. Semua orang terkejut, sama seperti hari dimakamkannya Rasulullah saw. Ali bergegas ke rumah Abu Bakar sambil menangis sedih, seraya berkata: “Hari ini telah putus khilafah nubuwah”. Hingga tiba dirumah tempat Abu Bakar disemayamkan, ia berkata: “Semoga Allah melimpahkan rahmat untukmu wahai Abu Bakar, diantara kaum ini engkaulah orang yang paling awal masuk Islam, paling sempurna keimanannya, paling takut kepada Allah, paling kuat keyakinannya, paling besar kerja kerasnya membela Islam. Engkaulah orang yang paling tekun menjaga Rasulullah saw, yang paling simpatik dan penuh kasih pada Islam, yang paling menentramkan bagi para sahabatnya, paling baik hubungan pertemanannya, paling utama kebajikannya, paling banyak kelebihannya, paling tinggi derajatnya. Engkaulah orang yang paling mirip dengan Rasulullah saw dalam kehidupan, tingkah laku, kepribadian dan perbuatan.”
 

No comments:

Post a Comment